Sepertidalam sebuah ayat yang berbunyi, Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat ke­luh kesah lagi kikir. Apabila ditimpa kesusahan, ia berkeluh ke­sah dan apabila mendapatkan kebaikan, ia amat kikir (QS Al-Ma'ârij [70]: 19-21). Selain potensi bawaan yang mudah menjadikan ber­keluh kesah kalau ditimpa kesulitan, sifat manusia pun amat
Dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW pernah bermunajat kepada Allah SWT, memohon tiga hal ; pertama, memohon agar umat beliau tidak diberikan hukuman langsung, sebagaimana umat-umat nabi terdahulu, semisal hukuman kepada umat Nabi Nuh Kedua, memohon agar umat beliau tidak menemui masa paceklik masa kekurangan pangan yang berkepanjangan, sehingga akan mengakibatkan binasanya umat beliau. Ketiga, beliau memohon umatnya agar tidak menjadi umat yang selalu berkeluh kesah dalam hidupnya. Dari ketiga panjatan doa Rasulullah SAW tersebut, ternyata masih ada satu di antaranya masih ditangguhkan oleh Allah SWT. Yakni permohonan beliau agar umatnya tidak berkeluh kesah. Bukti masih ditangguhkannya doa Rasulullah SAW ini, masih banyaknya di antara kita berceloteh dalam hati ”Ya Allah, hidupku kok masih seperti ini..!, kenapa jalan yang Engkau berikan seperti ini? “, Ada juga yang mengatakan dalam hati “Ya Allah, kenapa aku tidak seperti mereka?, kurang apa aku ini? ”. Walaupun tidak dengan ucapan, secara tidak sadar mungkin kita pernah berceloteh seperti itu. Rasa keluh kesah pada diri manusia bisa menimbulkan dua energi yang berbeda. Yakni energy positif dan negative. Kalau keluh kesah pada diri kita memunculkan energy negative, maka dalam hidupnya selalu diliputi oleh keinginan untuk mengikuti hawa nafsunya. Menggunting dalam lipatan, menyalip dalam tikungan, dan semua itu sangat membahayakan lingkungannya. Orang seperti ini, kalau dia mempunyai ilmu, seperti ilmu katak, tatkala sang katak ingin memunculkan diri ke permukaan air, maka sang katak tidak akan pernah tahu apakah di sampingnya ada temannya atau tidak, sehingga yang dia lakukan, sepak kanan, sepak kiri, sikut kanan, sikut kiri, yang penting bagaimana dirinya bisa berada di atas. Allah SWT telah memperingatkan kepada kita dalam surah Al Baqarah 216. Maknanya Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. Sifat keluh kesah, merupakan sifat fithrah, namun janganlah dengan sifat ini,menghantarkan manusia ke dalam keputusasaan. QS Yusuf 87. Maknanya Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". Keluh kesah dalam hidup, memang sulit kita hindari. Al Ma’aarij 19-22. Maknanya 19. Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,21. dan apabila ia mendapat kebaikan ia Amat kikir,22. kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat. Sifat keluh kesah pada diri manusia, sesungguhnya akan dapat terobati, dan terkurangi, bahkan energy negative dari sifat keluh kesah, bisa kita rubah menjadi energy positif, manakala kita melakukan 8 hal yang ditawarkan dalam Al Qur’an. Pertama, orang yang selalu melanggengkan shalat. Dalam kondisi dan situasi apapun, mereka selalu melakukan shalat. QS Al Ma’aarij 23. Maknanya Yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, Kedua, orang yang menyisihkan sebagian harta yang dia miliki, untuk ditasarrufkan kepada yang berhak menerima. QS Al Ma’aarij 24-25. Maknanya Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, 25. bagi orang miskin yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa yang tidak mau meminta, Orang-orang yang selalu berhubungan secara verikal kepada Allah, dan senantiasa peduli terhadap permasalahan sosial inilah yang akan terhindar dari keluh kesah. Sehingga, kesalehan ritual harus diimbangi dengan kesalehan sosial. Ketiga, orang yang senantiasa percaya terhadap hari pembalasan. QS Al Ma’aarij 26. Maknanya Dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan, Orang yang pada dirinya ada rasa kepercayaan terhadap hari akhir, maka pada dirinya tidak ada rasa dendam, rasa iri dengki, walaupun didholimi oleh orang lain, karena dia yakin, bahwa akan ada hari pembalasan di mana orang yang baik akan dibalas dengan kebaikan begitu juga sebaliknya. Keempat, orang-orang yang tidak pernah takut, kecuali kepada Allah SWT. QS Al Ma’aarij 27. Maknanya Dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya. Orang yang berkeyakinan dan merasa bahwa yang mengawasi dirinya adalah Allah SWT, terhadap segenap tingkah lakunya, bukan polisi, bukan jaksa, bukan atasan, bukan orang lain, maka orang yang demikian ini, tergolong orang yang dalam hidupnya terhindar dari keluh kesah. Kelima, orang-orang yang senantiasa dalam hidupnya menjaga kemaluannya. QS Al Ma’aarij 29-30. Maknanya 29. dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, 30. kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela Banyak di antara kita yang terpeleset kepada hal satu ini. Karena tidak dapat menjaga kemaluannya, hanya mengejar kenikmatan sesaat, maka kemudian mereka menjadi orang yang terbuang untuk selama-lamanya. Keenam, orang-orang yang selalu menjaga amanah yang diberikan kepada dirinya. QS Al Ma’aarij 32. Maknanya Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat yang dipikulnya dan janjinya. Ketujuh, orang yang selalu bersaksi dengan adil. QS Al Ma’aarij 33. Maknanya Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya. Kedelapan, orang yang dalam hidupnya selalu dihiasi dengan sabar dan shalat. QS Al Baqarah 45. Maknanya Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', Sabar dan salat ini adalah merupakan sebuah kunci keberhasilan hidup di dunia. Rasulullah SAW mengajari kita untuk tidak mengadu permasalahan hidup ini kepada orang lain, tetapi mengadulah seluruh permasalahan kita dengan kesabaran kepada Allah SWT. Ada suatu riwayat. Saat Nabi Musa as beserta umatnya ingin menyeberang lautan, maka Nabi Musa menyampaikan ”Wahai kaumku, janganlah kamu minta pertolongan kepada selain Allah”. Ajaran ini diadopsi oleh Rasulullah SAW disampaikan kepada sahabatnya “Wahai para sahabatku, tatkala kamu dalam hidup menemui kegalauan, kegagalan, janganlah sekali-kali mengadu kepada orang lain, tetapi mengadulah kepada Allah SWT”. Kemudian Rasulullah SAW menyampaikan sebuah hadisnya Allahumma lakal hamdu, wailaika mustaka, wa anta musta’aan walaa haulaa walaa quwwata illa billaahil aliyyil adhiim Segala puji bagi Allah, dan sungguh Engkau adalah Dzat sebaik-baik tempat mengadu. Engkau sebaik-baik Dzat untuk dimintai pertolongan, dan tidak ada daya kekuatan, kecuali atas pertolonganMu. Kalau delapan hal ini kita aplikasikan, kita amalkan dalam hidup di dunia ini, insyaallah kita akan terhindar dari sifat keluh kesah terlebih putus asa dalam hidup, sehingga akan menemui kedamaian dalam hidup ini.
Berkeluhkesah Ketika Ditimpa Musibah. Musibah akan senantiasa menimpa seorang mukminah (wanita yang beriman kepada Allah), hingga ia berjalan di muka bumi tanpa ada suatu kesalahan pun pada dirinya. Jika ia ridha, maka Allah pun akan ridha kepadanya. Namun, jika ia berkeluh kesah, maka ia akan mendapatkan kemurkaan dari Allah.

Kisah Nabi Yusuf dalam Al-Quran disebut sebagai ahsanul qashash atau cerita terbaik, yaitu kisah yang bisa diambil ibroh atau pelajarannya karena manusia membutuhkan nilai darinya. Kisah ini memberikan nilai-nilai yang padat. Oleh karena itu, kita harus terus menggalinya agar bisa mendapatkan kemuliaan, yaitu menjadi orang yang bertakwa. Dalam surat ini surat Yusuf, ada 2 nabi yang diceritakan, yaitu Nabi Yusuf dan Ya’qub. Pelajaran yang kita ambil pada kali ini adalah kisah Nabi Ya’qub di ayat 86, yang berbunyi قَالَ إِنَّمَاۤ أَشۡكُوا۟ بَثِّی وَحُزۡنِیۤ إِلَى ٱللَّهِ وَأَعۡلَمُ مِنَ ٱللَّهِ مَا لَا تَعۡلَمُونَ [Surat Yusuf 86] “Dia Yakub menjawab, “Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.” Kisah ini memiliki poin tauhid, yakni hanya berkeluh kesah pada Allah. Pada awalnya, ketika dia kehilangan Yusuf, dia tidak berkeluh kesah kepada Allah. Dia menggantungkan’ harapannya pada manusia/makhluk untuk dapat menemukan Yusuf hingga akhirnya dia menyadari bahwa hanya kepada Allah dia berkeluh kesah atas kehilangan Yusuf yang dicintainya dan berserah diri sepenuhnya pada Allah. Akhirnya, jawaban itu tiba dan diceritakan dalam Al-Quran pada surat Yusuf ayat 94. وَلَمَّا فَصَلَتِ ٱلۡعِیرُ قَالَ أَبُوهُمۡ إِنِّی لَأَجِدُ رِیحَ یُوسُفَۖ لَوۡلَاۤ أَن تُفَنِّدُونِ [Surat Yusuf 94] Tatkala kafilah itu telah ke luar dari negeri Mesir berkata ayah mereka "Sesungguhnya aku mencium bau Yusuf, sekiranya kamu tidak menuduhku lemah akal tentu kamu membenarkan aku". Dari kisah tersebut, kita dapat mengambil pelajaran bahwa jika kita MENGHADAPI MASALAH maka MENGADULAH PADA ALLAH, bukan pada makhluk. Kita mengadu pada yang mau mendengarkan kita dan memberikan solusi. Kalaupun kita mengadu pada manusia, pastikan dia memberikan jalan keluar atau setidaknya mendengarkan, bukan justru membuat kita semakin kalut karena disalahkan dia, atau lebih parahnya dia justru senang karena kita bermasalah. Apalagi pada saat ini, janganlah curhat di medsos karena justru akan merugikan kita. Kapan waktunya kita curhat pada Allah? Pada saat shalat! Rasulullah ketika dibebani banyak masalah yang berat, beliau melaksanakan shalat sunnah, yang orang menyebutnya sebagai shalat hajat. Lantas ada bertanya, kenapa ngadunya sama Allah saat shalat kalau lagi ada masalah saja? Justru saat itulah yang disarankan dan dicontohkan oleh Rasulullah. Kenapa saat shalat sunnah, apakah tidak bolah saat shalat wajib? Boleh saja, pada saat shalat wajib, hanya saja ada keterbatasan dan pertimbangan ada jamaah lain yang akan terganggu apabila kita lama mengadunya. Kita juga mesti memikirkan hal tersebut. Dengan berkeluh kesah, kita sebenarnya mengakui bahwa kita adalah hamba-Nya, yang butuh pada Tuhannya Allah. Dan saat kita mengadu dan berkeluh kesah pada Allah, sesungguhnya kita merasa dekat dengan Allah dan percaya bahwa Allah mau mendengar curhat kita. Inilah nilai ubudiyah/penghambaan yang sesungguhnya. Doa adalah sumsumnya ibadah dan shalat adalah tulangnya. Tidak ada tulang yang kuat tanpa sumsum di dalamnya. Kalau ada masalah, pertama-tama adalah adukan pada Allah, bukan pada makhluk. Dan jadikan Allah sebagai sandaran, agar kita selalu dekat dengan-Nya.

\n\n \n berkeluh kesah pada allah
Apabilaia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah. Dan, apabila ia mendapat kebaikan, ia amat kikir. Kecuali, orang-orang yang senantiasa mendirikan shalat. (QS al-Ma'arij: 19-22). Dia (Ya'qub) menjawab, hanya kepa da Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui. (QS Yusuf: 86).
loading...Hampir semua orang pernah mengeluh atau berkeluh kesah tentang masalah hidup, padahal semua masalah ini jawabannya ada dalam Al-Quran. Foto ilustrasi/ist Hampir setiap orang suka berkeluh kesah atau mengeluh , bahkan sifat ini sudah menjadi fenomena biasa dalam kehidupan manusia saat ini. Sifat ini pun menimpa hampir semua tingkatan manusia, laki-laki, perempuan, remaja, dewasa bahan anak-anak. Keseharian waktu mereka banyak diisi curhat curahan hati dari satu orang ke orang lain dengan memaparkan beragam masalah yang sedang membelitnya. Padahal, tidak serta merta manusia ditimpa masalah begitu saja, tapi Allah akan menakar kemampuan manusia itu sendiri dengan masalah yang dihadapinya. Mereka yang sabar maka akan mendapat ganjaran pahala dari Allah. Berbeda dengan yang tidak kuasa, maka senantiasa arogan dan putus asa terhadap suatu masalah hingga nilai ibadah dan pahala tidak serta merta didapatnya. Baca Juga Bahkan sekiranya mereka mau membaca firman Allah Al-Qur’an tentu mereka akan dapati jawaban atas setiap masalah yang dihadapinya. Ironisnya, ketika didorong untuk membaca Al-Qur’an, jawabnya tidak mengerti bahasa Arab, tidak ada waktu dan beragam alasan lainnya. Allah Ta'ala berfirman بِهِ مِنَ الأَحْزَابِ فَالنَّارُ مَوْعِدُهُ فَلاَ تَكُ فِي مِرْيَةٍ مِّنْهُ إِنَّهُ الْحَقُّ مِن رَّبِّكَ وَلَـكِنَّ“Karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al-Qur’an itu. Sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman. QS. Hud 17. Dalam ayat lain Allah juga tegaskan ذَٰلِكَ ٱلْكِتَٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ"Bahwa Al-Qur’an itu kitab suci yang tidak ada keragu-raguan di dalamnya petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa QS. Al-Baqarah 2. Jadi sebenarnya sederhana sekali, masalah apapun yang kita hadapi solusinya ada di dalam Al-Qur’an. Ibarat manusia ini robot maka Al-Qur’an ini adalah petunjuk manual bagaimana mengoperasikan robot itu. Bagaimana tanda-tanda robot yang kekurangan baterai iman misalnya. Lalu apa yang harus dilakukan untuk mengisi dayanya kembali. Bagaimana jika ada robot yang mati semangatnya. Apa yang harus dilakukan. Jawaban semua itu ada di dalam buku manual tadi Al-Qur’an. Jadi mari kita kembali kepada Allah dengan sungguh-sungguh memahami ayat-ayat Al-Qur’an. Sungguh Allah menjawab setiap masalah kita. Berikut di antara ayat-ayat Al-Qur'an yang menjawab keluhan manusia 1. Ketika kita mempertanyakan, “ Mengapa aku diuji? “ Maka Al Qur’an menjawab أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِين“ Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan, “Kami telah beriman”, sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” QS Al-Ankabut 2-3.2. Ketika kita bertanya, “ Mengapa ujian seberat ini? “ Jawaban Al-Quran لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا“ Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya. “ QS Al-Baqarah 286. 3. Jika kita bertanya “ Mengapa aku tidak mendapatkan apa yang aku idam-idamkan? “ Maka Al Qur’an menjawab[ۖarabOpen] وَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ “ Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. “ QS Al-Baqarah 216.
Berkeluhkesah atau mengeluh sendiri dalam Al-Qur'an tidak banyak disebutkan, tapi beberapa di antaranya mengajarkan untuk menemukan solusi dari berkeluh kesah. Allah Ta'ala berfirman : إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا
Beranda»Tausiyah BBM»Pelajaran Ayat Al-Qur'an»Karakter Manusia Suka Berkeluh Kesah 26 Juni 2015 Pelajaran Ayat Al-Qur'an 8,975 Kali Dilihat Pelajaran Ayat Al-qur’an Hari Ini “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah dan apabila mendapat kebaikan dia menjadi kikir.” Note Assalamu’alaikum Saudaraku seiman, Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sebaik – baik bentuk yang memiliki fisik sempurna, akal yang mampu berfikir sehingga mampu membedakan baik dan buruk, gharizah atau naluri dan diberi petunjuk hidup yakni Al-qur’an dan hadits. Manusia juga memiliki sifat mengeluh. Mengeluh dengan banyaknya masalah kehidupan, pendapatan kurang, sikap suami atau isteri, tingkah laku anak, sikap tetangga, sikap keluarga dan sebagainya. Sikap mengeluh sebenarnya menunjukan kekerdilan jiwa seseorang dan berupaya untuk mencari pembenaran diri sendiri. Seseorang yang mudah mengeluh senantiasa mencari penyebab masalah dari luar dirinya tanpa mau introspeksi terhadap diri sendiri. Pada hal seringkali masalah terjadi yang menjadi pokok masalah adalah dirinya sendiri dan bukan orang lain. Sikap mudah mengeluh juga refleksi dari ketidak ridhoan atas ketentuan taqdir dari Allah SWT. Mari kita belajar menyikapi setiap masalah dengan introspeksi diri tanpa harus langsung menyalahkan orang lain. Jauhilah sikap mengeluh karena mengeluh itu sebuah penentangan, sikap penolakan dan menghindari realitas kehidupan. Berusaha mengatasi masalah tanpa harus membuat masalah yang baru. Kembalikan semua masalah hidup hanya kepada Allah SWT sang pemilik kehidupan, cukup hanya kpada-Nya kita mengadu, berharap dan meminta pertolongan. Terakhir momentum bulan Ramadhan mari banyak kita manfaatkan untuk meminta ampun dan taubat kpada Allah SWT atas segala kesalahan dan dosa yang pernah kita lakukan. Ketahuilah saudaraku, sebenarnya apa saja yang menimpa diri kita tidak terlepas dari perbuatan dosa – dosa kita kepada Allah. Wallahu a’lam By Tommy Abdillah Tentang Tommy Abdillah Founder Majelis Ilmu Ulin Nuha, Founder Rumah Tahfidz Al-Quran Ulin Nuha Medan, Praktisi Ruqyah Syar'iyyah As-syifa' Medan, Admin Taushiyah Group Whatsapp, Penulis buku Taushiyah Group BBM, Taushiyah Senja.
Kalimat"إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّه" kita wujudkan hanya untuk berkeluh-kesah, mengiba dan merendahkan diri dihadapan Sang Maha Rahman dan Rahim pada waktu-waktu yang penting, diantaranya pada sepertiga malam terakhir, karena di waktu tersebut sangat mustajab kita berdoa.
SAUDARAKU, Keluh kesah tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Ungkapan-ungkapan keluh kesah menunjukkan ketidaksabaran kita dan ketidakmenerimaan kita terhadap takdir Allah. Sudah seharusnya kita meminimalisir berkeluh kesah. Mari kita latih diri kita untuk bisa merespon keadaan dan menghadapi orang lain secara santun. Kesantunan akan membuat batin lebih lapang. Kesantunan akan mampu menaklukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan dengan kekerasan. Karena, kalau orang-orang keras dilawan dengan kekerasan, maka itu akan merasa bagian dari dunianya. Tapi, kalau orang-orang yang bertemperamen keras itu diberi kelembutan yang tulus dari lubuk hati yang paling dalam, mereka akan terbawa lembut juga. Contohnya, orang sekeras Umar bin Khattab atau Khalid bin Walid bisa jatuh tersengkur menagis oleh lembutnya lantunan Al Quran. Berkeluh kesah seringkali membuat kita terdramatisasi oleh masalah. Seakan-akan rencana dan keinginan kita lebih baik daripada yang terjadi. Padahal, belum tentu. Siapa tahu, di balik kejadian yang mengecewakan menurut kita, ternyata sarat dengan perlindungan Allah Swt. Allah Swt. berfirman, “..boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui,” QS. Al Baqarah [2] 216. Allah menolong kita dengan tuntunan-Nya. Tuntunan itu tidak selalu dengan terkabulnya keinginan kita. Karena Allah Mahatahu di balik apapun keinginan kita. Baik keinginan jangka pendek, maupun jangka panjang. Kita tidak bisa mendeteksi secara cermat. Kadang-kadang kita hanya mendeteksinya sesuai dengan hawa nafsu kita. Berkeluh kesah seperti nampak sepele. Tetapi, itu akan menjadi tolak ukur kualitas pengendalian diri kita. Ketahuilah bahwa kualitas seseorang itu tidak diukur dengan hal yang besar-besar, tetapi oleh yang kecil-kecil. Kalau kita ingin melihat suatu komplek perumahan yang berkualitas, maka cukup kita lihat saja rumput di halamannya. Kalau komplek itu berkualitas baik, maka rumputnya pun akan nampak terawat dengan baik. Marilah kita respon setiap kejadian demi kejadian dengan respon yang positif. Mengapa? Karena setiap respon akan mempengaruhi persepsi kita terhadap masalah yang kita hadapi dan cara kita menyelesaikannya. Lebih dari itu, akan berdampak pula kepada orang-orang di sekitar kita. Apalagi berkeluh kesah termasuk penyakit hati, bentuk ketidaksabaran kita dalam menerima ketentuan dari Allah. Ada hadits qudsi yang menyatakan bahwa “Barang siapa yang tidak ridha terhadap ketentuan-Ku, dan tidak sabar atas musibah dari-Ku, maka carilah Tuhan selain Aku,” HR. Bukhari dan Muslim. []
. 281 105 80 252 15 70 467 376

berkeluh kesah pada allah