Kisah Nabi Yusuf dalam Al-Quran disebut sebagai ahsanul qashash atau cerita terbaik, yaitu kisah yang bisa diambil ibroh atau pelajarannya karena manusia membutuhkan nilai darinya. Kisah ini memberikan nilai-nilai yang padat. Oleh karena itu, kita harus terus menggalinya agar bisa mendapatkan kemuliaan, yaitu menjadi orang yang bertakwa. Dalam surat ini surat Yusuf, ada 2 nabi yang diceritakan, yaitu Nabi Yusuf dan Ya’qub. Pelajaran yang kita ambil pada kali ini adalah kisah Nabi Ya’qub di ayat 86, yang berbunyi قَالَ إِنَّمَاۤ أَشۡكُوا۟ بَثِّی وَحُزۡنِیۤ إِلَى ٱللَّهِ وَأَعۡلَمُ مِنَ ٱللَّهِ مَا لَا تَعۡلَمُونَ [Surat Yusuf 86] “Dia Yakub menjawab, “Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.” Kisah ini memiliki poin tauhid, yakni hanya berkeluh kesah pada Allah. Pada awalnya, ketika dia kehilangan Yusuf, dia tidak berkeluh kesah kepada Allah. Dia menggantungkan’ harapannya pada manusia/makhluk untuk dapat menemukan Yusuf hingga akhirnya dia menyadari bahwa hanya kepada Allah dia berkeluh kesah atas kehilangan Yusuf yang dicintainya dan berserah diri sepenuhnya pada Allah. Akhirnya, jawaban itu tiba dan diceritakan dalam Al-Quran pada surat Yusuf ayat 94. وَلَمَّا فَصَلَتِ ٱلۡعِیرُ قَالَ أَبُوهُمۡ إِنِّی لَأَجِدُ رِیحَ یُوسُفَۖ لَوۡلَاۤ أَن تُفَنِّدُونِ [Surat Yusuf 94] Tatkala kafilah itu telah ke luar dari negeri Mesir berkata ayah mereka "Sesungguhnya aku mencium bau Yusuf, sekiranya kamu tidak menuduhku lemah akal tentu kamu membenarkan aku". Dari kisah tersebut, kita dapat mengambil pelajaran bahwa jika kita MENGHADAPI MASALAH maka MENGADULAH PADA ALLAH, bukan pada makhluk. Kita mengadu pada yang mau mendengarkan kita dan memberikan solusi. Kalaupun kita mengadu pada manusia, pastikan dia memberikan jalan keluar atau setidaknya mendengarkan, bukan justru membuat kita semakin kalut karena disalahkan dia, atau lebih parahnya dia justru senang karena kita bermasalah. Apalagi pada saat ini, janganlah curhat di medsos karena justru akan merugikan kita. Kapan waktunya kita curhat pada Allah? Pada saat shalat! Rasulullah ketika dibebani banyak masalah yang berat, beliau melaksanakan shalat sunnah, yang orang menyebutnya sebagai shalat hajat. Lantas ada bertanya, kenapa ngadunya sama Allah saat shalat kalau lagi ada masalah saja? Justru saat itulah yang disarankan dan dicontohkan oleh Rasulullah. Kenapa saat shalat sunnah, apakah tidak bolah saat shalat wajib? Boleh saja, pada saat shalat wajib, hanya saja ada keterbatasan dan pertimbangan ada jamaah lain yang akan terganggu apabila kita lama mengadunya. Kita juga mesti memikirkan hal tersebut. Dengan berkeluh kesah, kita sebenarnya mengakui bahwa kita adalah hamba-Nya, yang butuh pada Tuhannya Allah. Dan saat kita mengadu dan berkeluh kesah pada Allah, sesungguhnya kita merasa dekat dengan Allah dan percaya bahwa Allah mau mendengar curhat kita. Inilah nilai ubudiyah/penghambaan yang sesungguhnya. Doa adalah sumsumnya ibadah dan shalat adalah tulangnya. Tidak ada tulang yang kuat tanpa sumsum di dalamnya. Kalau ada masalah, pertama-tama adalah adukan pada Allah, bukan pada makhluk. Dan jadikan Allah sebagai sandaran, agar kita selalu dekat dengan-Nya.
Apabilaia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah. Dan, apabila ia mendapat kebaikan, ia amat kikir. Kecuali, orang-orang yang senantiasa mendirikan shalat. (QS al-Ma'arij: 19-22). Dia (Ya'qub) menjawab, hanya kepa da Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui. (QS Yusuf: 86).Beranda»Tausiyah BBM»Pelajaran Ayat Al-Qur'an»Karakter Manusia Suka Berkeluh Kesah 26 Juni 2015 Pelajaran Ayat Al-Qur'an 8,975 Kali Dilihat Pelajaran Ayat Al-qur’an Hari Ini “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah dan apabila mendapat kebaikan dia menjadi kikir.” Note Assalamu’alaikum Saudaraku seiman, Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sebaik – baik bentuk yang memiliki fisik sempurna, akal yang mampu berfikir sehingga mampu membedakan baik dan buruk, gharizah atau naluri dan diberi petunjuk hidup yakni Al-qur’an dan hadits. Manusia juga memiliki sifat mengeluh. Mengeluh dengan banyaknya masalah kehidupan, pendapatan kurang, sikap suami atau isteri, tingkah laku anak, sikap tetangga, sikap keluarga dan sebagainya. Sikap mengeluh sebenarnya menunjukan kekerdilan jiwa seseorang dan berupaya untuk mencari pembenaran diri sendiri. Seseorang yang mudah mengeluh senantiasa mencari penyebab masalah dari luar dirinya tanpa mau introspeksi terhadap diri sendiri. Pada hal seringkali masalah terjadi yang menjadi pokok masalah adalah dirinya sendiri dan bukan orang lain. Sikap mudah mengeluh juga refleksi dari ketidak ridhoan atas ketentuan taqdir dari Allah SWT. Mari kita belajar menyikapi setiap masalah dengan introspeksi diri tanpa harus langsung menyalahkan orang lain. Jauhilah sikap mengeluh karena mengeluh itu sebuah penentangan, sikap penolakan dan menghindari realitas kehidupan. Berusaha mengatasi masalah tanpa harus membuat masalah yang baru. Kembalikan semua masalah hidup hanya kepada Allah SWT sang pemilik kehidupan, cukup hanya kpada-Nya kita mengadu, berharap dan meminta pertolongan. Terakhir momentum bulan Ramadhan mari banyak kita manfaatkan untuk meminta ampun dan taubat kpada Allah SWT atas segala kesalahan dan dosa yang pernah kita lakukan. Ketahuilah saudaraku, sebenarnya apa saja yang menimpa diri kita tidak terlepas dari perbuatan dosa – dosa kita kepada Allah. Wallahu a’lam By Tommy Abdillah Tentang Tommy Abdillah Founder Majelis Ilmu Ulin Nuha, Founder Rumah Tahfidz Al-Quran Ulin Nuha Medan, Praktisi Ruqyah Syar'iyyah As-syifa' Medan, Admin Taushiyah Group Whatsapp, Penulis buku Taushiyah Group BBM, Taushiyah Senja.
SAUDARAKU, Keluh kesah tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Ungkapan-ungkapan keluh kesah menunjukkan ketidaksabaran kita dan ketidakmenerimaan kita terhadap takdir Allah. Sudah seharusnya kita meminimalisir berkeluh kesah. Mari kita latih diri kita untuk bisa merespon keadaan dan menghadapi orang lain secara santun. Kesantunan akan membuat batin lebih lapang. Kesantunan akan mampu menaklukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan dengan kekerasan. Karena, kalau orang-orang keras dilawan dengan kekerasan, maka itu akan merasa bagian dari dunianya. Tapi, kalau orang-orang yang bertemperamen keras itu diberi kelembutan yang tulus dari lubuk hati yang paling dalam, mereka akan terbawa lembut juga. Contohnya, orang sekeras Umar bin Khattab atau Khalid bin Walid bisa jatuh tersengkur menagis oleh lembutnya lantunan Al Quran. Berkeluh kesah seringkali membuat kita terdramatisasi oleh masalah. Seakan-akan rencana dan keinginan kita lebih baik daripada yang terjadi. Padahal, belum tentu. Siapa tahu, di balik kejadian yang mengecewakan menurut kita, ternyata sarat dengan perlindungan Allah Swt. Allah Swt. berfirman, “..boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui,” QS. Al Baqarah [2] 216. Allah menolong kita dengan tuntunan-Nya. Tuntunan itu tidak selalu dengan terkabulnya keinginan kita. Karena Allah Mahatahu di balik apapun keinginan kita. Baik keinginan jangka pendek, maupun jangka panjang. Kita tidak bisa mendeteksi secara cermat. Kadang-kadang kita hanya mendeteksinya sesuai dengan hawa nafsu kita. Berkeluh kesah seperti nampak sepele. Tetapi, itu akan menjadi tolak ukur kualitas pengendalian diri kita. Ketahuilah bahwa kualitas seseorang itu tidak diukur dengan hal yang besar-besar, tetapi oleh yang kecil-kecil. Kalau kita ingin melihat suatu komplek perumahan yang berkualitas, maka cukup kita lihat saja rumput di halamannya. Kalau komplek itu berkualitas baik, maka rumputnya pun akan nampak terawat dengan baik. Marilah kita respon setiap kejadian demi kejadian dengan respon yang positif. Mengapa? Karena setiap respon akan mempengaruhi persepsi kita terhadap masalah yang kita hadapi dan cara kita menyelesaikannya. Lebih dari itu, akan berdampak pula kepada orang-orang di sekitar kita. Apalagi berkeluh kesah termasuk penyakit hati, bentuk ketidaksabaran kita dalam menerima ketentuan dari Allah. Ada hadits qudsi yang menyatakan bahwa “Barang siapa yang tidak ridha terhadap ketentuan-Ku, dan tidak sabar atas musibah dari-Ku, maka carilah Tuhan selain Aku,” HR. Bukhari dan Muslim. []. 281 105 80 252 15 70 467 376