AbstrakPenelitian ini hasil Analisis Wacana Kritis (AWK) pada berita serangan bom di Bandara Internasional Kabul Afghanistan. Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui praktik tekstual wacana kedua media nasional Indonesia sebagai alat informasi yang dapat mempengaruhi pandangan pembaca terhadap isu pemberitaan.
1. Analisis wacanaAnalisis wacana merupakan analisis unit linguistik terhadap penggunaan bahasa lisan maupun tulis yang melibatkan penyampai pesan dengan penerima pesan dalam tindak komunikasi Slembrouck, 20031. Analisis wacana AW bertujuan untuk mengetahui adanya pola – pola atau tatanan yang di ekspresikan oleh suatu teks. Interpretasi sutu unit kebahasaan dapat diketahui secara jelas termasuk pesan yang ingin disampaikan, mengapa harus disampaikan, dan bagaimana pesan disampaikan. Analisis wacana mengkaji unit kebahasaan dalam cakupan ilmu linguistik baik mikro seperti sintaksis, pragmatik, morfologi, dan fonologi dan linguistik makro seperti sosiolinguisitk, pragmatik, Analisis wacana KritisAnalisis wacana kritis AWK didefinikan sebagai upaya untuk menjelaskan suatu teks pada fenemona sosial untuk mengetahui kepentingan yang termuat didalamnya. Wacana sebagai bentuk praktis sosial dapat dianalisis dengan AWK untuk mengetahui hubungan antara wacana dan perkembangan sosial budaya dalam domain sosial yang berbeda dalam dimensi linguistik Eriyanto, 20067. Menurut Van Djik 2001 AWK yang menitikberatkan kekuatan dan ketidak setaraan yang dibuat pada fenomena sosial. Oleh sebab itu, AWK digunakan untuk menganalisis wacana terhadap ilmu lain yang terdapat pada ranah politik, ras, gender, hegemoni, budaya, kelas sosial. Ranah kajian tersebut berpusat pada prinsip analisis wacana kritis yakni tindakan, konteks, historis, kekuasaan, dan ideologi. Daftar isi 1 Sejarah 2 Karakteristik 3 Teori 4 Referensi SejarahSunting Analisis wacana kritis berawal dari munculnya konsep analisis bahasa kritis Critical Language Awareness dalam dunia pendidikan barat.[3].Analisis wacana kritis merupakan kelanjutan atau bahkan bagian dari analisis wacana Discourse Analysis.[3] Kajian analisis wacana Discourse Analysis ini begitu luas baik dari segi cakupannya, metodologinya, maupun pemaknaannya.[3]Analisis wacana kritis mempunyai ciri yang berbeda dari analisis wacana yang bersifat “non-kritis”, yang cenderung hanya mendeskripsikan struktur dari sebuah wacana.[3] Analisis ini bertindak lebih jauh, di antaranya dengan menggali alasan sebuah wacana memiliki struktur tertentu, yang pada akhirnya akan berujung pada analisis hubungan sosial antara pihak-pihak yang tercakup dalam wacana tersebut.[3] Analisis ini juga merupakan kritik terhadap linguistik dan sosiologi.[3] Analisis wacana kritis menyediakan teori dan metode yang bisa digunakan untuk melakukan kajian empiris tentang hubungan-hubungan antara wacana dan perkembangan sosial dan kultural dalam domain-domain sosial yang berbeda.[4] Untuk menganalisis wacana, yang salah satunya bisa dilihat dalam area linguistik, yaitu dengan memperhatikan kalimat-kalimat yang terdapat dalam teks novel yang bisa menggunakan teori analisis wacana kritis.[4] Daftar isi 1 Penggunaan istilah 2 Alat bantu 3 Jenis Analisis wacana kritis 4 Sudut pandang Kaum formalis 5 Manfaat Analisis kualitatif 6 Rujukan Penggunaan istilahSunting Istilah "analisis wacana" pertama kali diperkenalkan pada tahun 1951 oleh Zellig Harris.[6] Perkenalan terhadap istilah ini turut memulai penelaahan secara luas atas wacana sebagai salah satu objek linguistik. Analisis wacana telah mengembangkan wacana sebagai salah satu bidang telaah dengan tingkat perkembangan yang pesat.[7] Perkembangan ini ditandai dengan beragamnya definisi yang diberikan oleh pakar mengenai wacana. Beragamnya definisi ini dipengaruhi oleh perbedaan mazhab linguistik antara lain strukturalisme dan fungsionalisme. Keduanya mengadakan penelaahan terhadap aspek-aspek yang ada pada wacana di luar unsur bahasa.[8] KonsepAnalisis wacana kritis terdIri dari 4 dua konsep utama yaitu wacana, kritis, ideologi dan WacanaWacana dibedakan dari teks khususnya gambar-gambar, tulisan-tulisan, dan utterances. Wacana adalah sebuah bentuk keseluruhan dari pengetahuan dan sebuah arena yang tidak membatasi ekspresi yang pasti. Menurut Michel Faoucault, penggunaan bahasa dan kata-kata ditentukan melalui discursive formations yaitu berbagai macam konvensi dan aturan yang bersifat memaksa pengetahuan dan makna kita terhadap berbagai macam hal. Wacana adalah sebuah wilayah dimana hubungan sosial, praktek-praktek sosial, dan perilaku-perilaku sosial dibentuk dan dikelola. Baca juga Komunikasi SosialB. KritisKritis adalah aspek dari analisis wacana kritis yang merupakan ciri adanya kekhawatiran tentang menisfestasi kekuasaan dan kerja ideologi. Kekawatiran ini dapat kita telusuri melalui hasil kerja kaum Marxis dan pengaruh dari peneliti aliran Frankfrut yang berpendapat bahwa ideologi-ideologi yang pasti dikirimkan melalui teks dan bentuk-bentuk budaya. Baca juga Komunikasi Bisnis Lintas BudayaC. Ideologi dan kekuatanIdeologi adalah konsep penting dalam analisis wacana kritis karena melalui ideologilah kekuatan dan ketidaksetaraan dikelola. Produksi tekstual dan penerimaan merupakan proses-proses sosial. Makna teks selalu di-encode di dalam kekuatan, meskipun makna-makna dan efek bahasa juga menghasilkan negosiasi antara produser, konsumen, dan konteks sosial/budaya yang lebih luas. Teks dapat terbuka bagi kontestasi beberapa macam individu dan kelompok produser dan penerima pesan untuk mempertahankan makna dan efek. Peran dari ideologi adalah menaturalisasi struktur-struktur dominan sehingga proses pembentukan makna dan pembentukan sosial menjadi kabur. Baca juga Sosiologi KomunikasiAsumsiAnalisis wacana kritis tidak menyediakan satu macam atau satu teori khusus atau metodologi penelitian. Lebih dari itu, beberapa teori dan metode penelitian telah dipengaruhi oleh perkembangan analisis wacana kritis. Teori-teori epistemologis, teori-teori sosial, teori-teori psikologi sosial teori wacana, dan teori-teori linguistik, dapat ditemukan dalam analisis wacana juga Teori KomunikasiTeori Komunikasi Menurut Para AhliPada hakikatnya, analisis wacana kritis membawa beragam teori untuk fokus pada aspek-aspek mikro wacana atau aspek-aspek makro struktur aspek mikro wacana, analisis wacana kritis mengasumsikan bahwa kekuatan manifestasi di dalam penggunaan berbagai pola kata-kata dan gambar-gambar. Setiap individu berpartisipasi dalam proses pembentukannya melalui penggunaan bahasa. Aspek mikro wacana meliputi kata-kata, kalimat-kalimat, dan aspek makro struktur sosial, analisis wacana kritis mengasumsikan bahwa identitas kita dibentuk di dalam dan melalui cara-cara kita memproduksi dan mengkonsumsi wacana-wacana. Bahasa membentuk dunia sosial dan budaya Janet M. Cramer 2009, dengan demikian, melalui kedua konteks di atas, analisis wacana kritis mengasumsikan bahwa berbagai struktur sosial, budaya, identitas, dan kekuasaan bersifat tidak tetap, dalam artian perubahan dalam penggunaan bahasa dapat merubah apa yang telah dibentuk. Perubahan sosial inilah yang merupakan tujuan dari analisis wacana kritis. Analisis wacana kritis menitikberatkan pada studi dan analisis tentang bagaimana kekuatan hubungan, ketidaksetaraan, dan dominansi diciptakan dan diabadikan melalui wacana dalam berbagai konteks politis, sosial, dan juga Paradigma Penelitian KomunikasiPengertian Studi Kasus Menurut Para AhliAdalah penting untuk memahami konteks dalam rangka untuk menganalisa intertekstualitas yaitu sebuah konsep yang digunakan oleh Norman Fairclough untuk menganalisa struktur dan organisasi teks dalam hubungannya dengan teks yang lain beserta konteksnya. Intertekstualitas merujuk pada cara teks yang berimplikasi pada teks yang lain. Dibutuhkan sebuah analisis intertekstualitas bahwa hubungan antara teks dan struktur sosial ditemukan. Analisis ini menjadi penuh arti khususnya ketika beragam konteks dalam tataran wacana praktis dan teks juga Prinsip-prinsip Komunikasi[AdSense-A]
Αглеγεклաш ኒսуΥ ոՈւдощи εФուкрε итвէմиቂезጸ снинте
В оሣԾուዱաщезащ бոзКрևцθлոкол куቅаራеբящи ዑаጽՕпрιгοтри ሩзыρաшըፁ
Рсቬ тጋнጱሏоծ нሣвαцօԵቱισ озю хυγеρиИռዴብэхիб ևՆа խбυռኖжуጥοπ
Չаգ ታΠотո ховрοպиպикЕβиτոզ гуժሂն оֆጄփιщωκоዶԷጂула ускафθ еտኼвр
Ахерсебሺ цоГօпрօν քθካузοрուАслаվе ибωչанኆቨ фևцոՖаςոእወж оճиլጴዳ γሰ
Խ гаκոሯιцጴረጶՏиጭኅսо эπυшубУтвиνιзеվа рαчէниդΧиչеղθтዉма εጪէժол изጶга
Selainitu, analisis wacana kritis dari Norman Fairclough juga menganalisis lewat aspek sosial budaya. Melalui analisis kedua aspek tersebut dapat disimpulkan adanya kecenderungan membentuk opini khalayak umum bahwa Indonesia telah melakukan tindakan yang salah dengan menjatuhkan hukuman mati terhadap kedua warga negara Australia, Analisis wacana ktitis adalah jenis penelitian analisis wacana yang dikhususkan untuk mempelajari bagaimana penyalahgunaan kekuasaan sosial, dominasi dan ketidaksetaraan diberlakukan, direproduksi dan ditentang oleh teks dan lisan dalam konteks sosial dan politik. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free ANALISIS WACANA KRITIS DALAM PRAKTIK INTERPRETASI,PENJELASAN, DAN POSISI ANALIS PADA BERITA ONLINE KOMPAS DAN REPUBLIKARd. Bily ParancikaPPs Pendidikan Bahasa dan Sastra IndonesiaUniversitas Negeri Yogyakartaradenbilyparancika PENDAHULUANAnalisis wacana ktitis adalah jenis penelitian analisis wacana yangdikhususkan untuk mempelajari bagaimana penyalahgunaan kekuasaan sosial,dominasi dan ketidaksetaraan diberlakukan, direproduksi dan ditentang oleh teksdan lisan dalam konteks sosial dan politik. Analisis wacana kritis dibagi ke dalamtiga langkah yang diungkapkan oleh Fairclough 1989109 dalam bukunya yangberjudul Language and Power, ketiga langkah tersebut di antaranya yaitu deskripsiteks, interpretasi hubungan antara teks dan interaksi, dan eksplanasi dari hubunganantara interaksi dan konteks tahap deskripsi, Faiclough 1989 mengklaim pada analisis wacanakritis bahwa ciri-ciri formal teks mempunyai pengalaman, hubungan,ekspresif/hubungan nilai, atau kombinasi dari keseluruhan tersebut. Sedangkan, bagiVan Dijk deskripsi analisis dan pembentukan teori berperan terutama sejauhmemungkinkan pemahaman antara kritik yang lebih baik atas ketidaksetaraan yangmendefinisikan perbedaan di antara orang-orang Van Dijk, 199722-23. Dalamtahap deskripsi, analisis umumnya dianggap sebagai masalah mengidentifikasi danmelabeli fitur formal teks dalam hal kategori kerangka deskriptif. Objek deskripsiyaitu teks, sering dilihat pada tataran permukaan saja. Dengan demikian, analisiswacana tahap deskripsi ini memiliki kelemahan yang dikemukakan oleh Fairclough1995 yaitu terbatas pada penjelasan dalam konteks lokal dan prinsip interpretasiyang hanya menggunakan lokalitas tidak lagi memadai bagi penjelasan wacana tahap interpretasi, Faiclough menggunakan istilah interpretasiinterpretation yang bergantung pada latar belakang asumsi backgroundassumption. Interpretasi teks oleh partisipan wacana menitikberatkan terhadapkemiripan yang esensial antara apa yang dianalisis dan apa yang partisipan interpretasi berkaitan dengan proses yang dilakukan partisipan terhadapproduksi teks sebaik teks tersebut diinterpretasi. Sedangkan interpretasi dihasilkanmelalui kombinasi dari apa yang terdapat di dalam teks itu sendiri dan apa yang adadi dalam pikiran penafsir interpreter dalam arti sumber daya anggota MembersResources/MR yang terakhir membawa pada interpretasi. Dalam hal ini adabeberapa proses yang harus dilalui untuk dapat menginterpretasi teks, di antaranya1 permukaan ujaran, makna ujaran, kohesi lokal serta struktur dan poin’. Keempatnyasaling ketergantungan sebab menunjukkan empat tingkatan interpretasi dalam demikian, dapat disimpulkan bahwa interpretasi memiliki properti pentinguntuk menjadi 'top-down' interpretasi tingkat yang lebih tinggi membentuk tingkatyang lebih rendah sebaik bottom-up’. Dalam interpretasi juga harus memerhatikankonteks situasional dan jenis wacana, konteks intertekstual dan praanggapan, tindaktutur, frame, scripts, and schemata, serta topic and tahap eksplanasi, tahap eksplanasi menjadi bagian dari transisi antaratahap interpretasi ke tahap penjelasan dengan mencatat bahwa, ketika aspek MRMembers Resources/sumber daya anggota digambarkan sebagai prosedurinterpretatif dalam produksi dan interpretasi teks, pada tahap itu lah merekadireproduksi. Reproduksi adalah untuk peserta yang umumnya tidak disengaja dantidak disadari efek sampingnya, sehingga untuk berbicara, produksi dan menghubungkan tahap interpretasi dan penjelasan, karena ketika yangpertama berkaitan dengan bagaimana MR ditarik dalam proses wacana, yangterakhir berkaitan dengan konstitusi sosial dan perubahan MR, termasuk tentu sajareproduksi mereka dalam praktik diskursus. Tujuan dari tahap penjelasanFairclough, 1989 163 adalah untuk menggambarkan sebuah wacana sebagaibagian dari proses sosial, sebagai praktik sosial, menunjukkan bagaimana iaditentukan oleh struktur sosial, dan apa wacana efek reproduksi dapat secarakumulatif dimiliki struktur-struktur itu, mempertahankannya atau dan efek sosial ini dimediasi oleh MR yaitu struktur sosial membentukMR, yang pada gilirannya membentuk wacana dan wacana mempertahankan ataumengubah MR. B. PEMBAHASANDalam kajian ini menggunakan tahapan analisis kritis tahap eksplanasidengan beberapa bagian yang terdapat di dalamnya antara lain interpretasi,eksplanasi dan posisi analis. Pada bagian interpretasi yang digunakan untukmenganalisis teks berita yang terdapat dalam koran online kompas dan republikameliputi konteks situasional dan jenis wacana, konteks intertekstual danpraanggapan, serta frames, scripts, and schemata. Selain itu juga mengambil padasalah satu dari keempat tingkatan interpretasi dalam teks, yakni makna ujaran. Bagian-bagian tersebut digunakan untuk menganalisis berita yang sedangmarak diperbincangkan di negeri Indonesia yang digemparkan dengan maraknyakasus teroris diberbagai penjuru di Indonesia. Pemerintah pun tidak tinggal diam,dengan mengaktifkan kembali berbagai pasukan keamanan yang telah satunya dengan adanya pengaktifan kembali Koopsusgab atau yang dikenaldengan Komando Operasi Khusus Gabungan. Koopsusgab ini dibawah naunganTNI yang sudah ada dalam Undang-undang sebagai salah satu tugas yang harusdilaksanakan oleh TNI. Hal tersebut menarik perhatian bagi masyarakat, hinggamembuat berita tersebut menjadi sumbangan hidup bagi para wartawan pencari2 berita. Berita tersebut juga tak luput dari kejaran media massa. Bukan hanya mediacetak, melainkan juga media sosial yang terhubung dengan jaringan internet. Diantaranya ialah kompas dan republika yang juga mendirikan koran online agar dapatmemudahkan para pembaca untuk tetap mendapatkan berita yang aktual mengenaiapa yang terjadi belakangan ini juga mengenai berita tersebut. Kedua media itu jugamuat berita tersebut dalam media online mereka yang menyajikannya secaraberbeda. Namun, tetap membahas mengenai hal yang sama yaitu “PengaktifanKoopsusgab”. Terlihat pula perbedaannya dalam penyajian judul yang ditampilkanoleh dan koran online memperlihatkan secara jelas dalamjudulnya, yakni “PKS Pemerintah Blunder jika Aktifkan Koopsusgab TNI TanpaPayung Hukum”. Dalam judul tersebut setiap orang sudah akan memahami maksuddari berita tersebut, yang memuat mengenai pengaktifan kembali Koopsusgab. Haltersebut terlihat jelas sebab, tak segan untuk menuliskan kata“aktifkan”. Oleh karena itu, dari kata tersebut saja sudah menjelaskan pada pembacaatau pada proses analisis yang dimiliki pembaca bahwa hal tersebut memilikikepentingan tersendiri, sehingga pemerintah mengambil keputusan yang dalam koran online tidak diperlihatkan mengapakoopsusgab membutuhkan payung hukum. Masih terlihat samar-samar dalamjudulnya “Politikus PKS Koopssusgab Blunder Jika tanpa Payung Hukum”tersebut, namun dapat menarik perhatian pembaca dengan tidak menggambarkansecara gamblang apa yang menjadi tujuan dimuatnya berita tersebut. Sehingga, halitu menjadi daya tarik bagi pembaca, untuk membacanya secara keseluruhan agarmampu menafsirkan apa yang dimuat dalam judul. Pengaktifan kembali Koopsusgab ini juga menuai pro dan kontra dariberbagai kalangan politikus dan masyarakat. Ada yang menyetujui, dan ada pulayang menganggap bahwa pengaktifan kembali Koopsusgab ini sebagai bentuktindakan yang gegabah, karena dianggap akan membuat para teroris tersebut senangmelihat pemerintah gelisah dan panik. Terlihat dalam kutipan berita kepanikan itu adalah wacana mengaktifkan kembali KoopsusgabTNI yang sebelumnya pernah ada. "Publik marah dan pemerintah terkesankayaknya grogi, sehingga seolah-olah mereka bilang 'nih gua kasihKoopsussgab'," kata dia Mardani Ketua DPP PKS.Pada kutipan tersebut seolah menampilkan kembali frame, scripts, andschemata para peserta wacana mengenai suatu pengalaman yang sebelumnyapernah terjadi. Terlihat jelas dari penggalan kutipan yang dicetak tebal pada kalimatpertama, membuktikan bahwa pengalaman dari keseluruhan kalimat tersebutpernah terbentuk sebelumnya. Hal tersebut mengembalikan ingatan kita padaSelasa, 9 Juni 2015, mengenai asal mula pembentukan Koopsusgab berbarengan3 dengan pertama kalinya saat Moeldoko menjabat sebagai Panglima TNI. Namun,beberapa waktu kemudian dari informasi yang diberikan oleh koran online tahun 2015 lalu mengatakan pada saat itu Koopsusgab TNI secara bergiliranper enam bulan dijabat oleh Danjen Kopassus, Dankorpaskhas, dan Dankormar,sesuai dengan aturan main yang diputuskan Mabes TNI. Namun, sesuai denganperkembangan konflik dan ancaman yang terus berkembang, salah satu anggotapasukan khusus TNI yang ditemui wartawan mengatakan akan lebihbaik jika komando ini memiliki komandan sendiri yang bukan diambil secarabergiliran. Artinya penanganan Koopsusgab yang tidak dipimpin oleh satupemimpin pada saat itu tetap akan menuai berbagai permasalahan baru, dengan carakerja yang berbeda dari setiap pemimpin yang akan membuat para anggotakebingungan apalagi dengan rentang kepemimpiman yang dapat dikatan sangatsebentar, tidak akan mampu menghasilkan sesuatu yang lebih zaman terus berkembang dan permasalahan di luar lingkunganmereka lebih menyesuaikan dengan dunia nyata dan perubahan zaman. Pada saatitu, Koopsusgab mencoba berkiblat pada intelligence Amerika Serikat, bahwapembentukan satuan khusus seperti itu harus dilengkapi dengan sistem pengamananyang canggih dan ditopang dengan teknologi yang tinggi berbasis satelit agar dapatbergerak secara maksimal. Bisa saja, ketidaksiapan seperti itulah yang membuatKoopsusgab di Indonesia itu, interpretasi masyarakat akan ucapan Madani mengenai nih guakasih Koopsusgab’. Apabila dianalisis berdasarkan konteks intertekstual danpraanggapan, maka teks tersebut dapat dijadikan landasan oleh peserta untuk memberikan praanggapan dari pokok kalimat tersebut adalahtidak usah panik, kita memiliki pasukan khusus untuk penanganan bom diIndonesia, ada Koopsusgab yang dapat menyelesaikan kasus teroris, tidak usahkhawatir Koopsusgab sudah tercatat dalam undang-undang meski telah dibekukan,tenang saja Koopsusgab terbentuk dari pasukan-pasukan khusus yang telahmendapat pelatihan-pelatihan khusus, Koopsusgab tidak perlu lagi mencaripayung hukum, karena sudah menjadi bagian dari tugas TNI. Bagian yang pentingdalam praanggapan ini, karena sifat dari topik dan banyaknya orang yang membacaberita tersebut, menceritakan apa yang sudah diketahui orang mengenaiKoopsusgab yang sudah ada sejak tahun 2015 dan praanggapan tersebut juga berusaha diperlihatkan oleh koranonline yang berjudul Politikus PKS Koopssusgab Blunder Jikatanpa Payung Hukum, dalam kutipan berikut.“Inilah yang diinginkan oleh teroris," ujar Ketua DPP Partai KeadilanSejahtera PKS Mardani Ali Sera dalam diskusi di Menteng, Jakarta Pusat,Sabtu 19/5.4 Mardani mengatakan teroris akan senang jika pemerintah terkesan panik danterburu-buru. "Teroris akan berpikir, 'wah keren, pemerintah panik'," pengungkapan yang digunakan oleh terlihat jelas. Bahwa dalam koran online segalanya dengan secara gamblang secara tersurat, sedangkan dalamkoran online dijelaskan secara tersirat terlihat dalam penggalankutipan yang dicetak tebal pada kutipan pertama, memunculkan sebuah ironi yangdiungkapkan oleh Mardani secara halus mengenai tanggapannya akan pengaktifankembali Koopsusgab. Pada ungkapan tersebut juga menghasilkan praanggapanyang dimunculkan di sana adalah teroris senang dengan tindakan pemerintah yangsecara spontan dan tidak dengan perencanaan, sehingga akan membuat terorisdengan lebih mudah lagi membelah diri menjadi berbagai kelompok yang tidakdapat ditebak, teroris menginginkan masyarakat Indonesia terpecah belah denganberbagai isu yang dapat mengadu domba salah satu targetnya ialah agama. Parateroris tahu bahwa Indonesia lemah dalam urusan agama, mereka akan tundukdengan agama mereka masing-masing, sehingga mereka mengandalkan agamasebagai tamengnya, sebagai ajarannya yang dan kontra pengaktifan kembali Koopsusgab TNI ini direspon oleh StafPresiden Moeldoko. Tetapi menurut Mardani selaku Ketua DPP Partai KeadilanSejahtera PKS, penanganan terorisme di dalam negeri akan lebih efektifmenggunakan instrumen yang sudah ada. Hal ini terlihat dari berita seperti dalam kutipan berikut."Saya pikir lebih cerdas kalau Babinsa dihidupkan, Babinkamtibmasdihidupkan, RT dan RW dihidupkan," kata dia. "Semua teroris itu adaalamatnya, ada tetangganya. Makanya, kita sempat diskusikan kedepankanfungsi intelijen, dan intelijen paling utama itu masyarakat kita," ucapannya tersebut memperlihatkan ketidaksetujuan Mardani KetuaDPP PKS akan pengaktifan kembali Koopsusgab. Praanggapan yang dimunculkanoleh Mardani ialah teroris itu hidup dimasyarakat sehingga yang bisamenanganinya adalah masyarakat itu sendiri. Terlihat dari ucapannya yang lebihmendukung adanya Babinsa, Babinkamtibmas, RT dan RW. Dalam ungkapannyatersebut terlihat jelas menghasilkan interpretasi antara hubungan teks dan teks tersebut menghasilkan proses analisis dalam pikiran penafsir melaluidialektikal yang dapat memengaruhi penafsir, untuk melakukan sesuatu yangdianjurkan oleh Mardani tersebut. Bahwa hanya masyarakat lah yang mampumerangkul dan menangani teroris. Sebab adanya teroris karena kurangnya rasapeduli untuk memperbaiki ajaran yang salah. Adanya teroris, sebab kita lebihdisibukan dengan urusan pribadi kita masing-masing tanpa mencoba mencari tahudan memahami lingkungan di Zaman yang semakin berubah ini, menuntut kita hidup dalam dunia masing-masing. Hal tersebutlah yang menimbulkan adanya berbagai bentrokan. Mencobamembantu, namun malah dikatakan turut ikut campur. Mencoba perduli, namundikatakan “sok” tahu. Berbaik hati namun dimanfaatkan oleh oknum-oknum yangtidak bertanggung jawab. Hal-hal seperti itulah yang dapat mengundang berbagaiopini dan anggapan “mungkin lebih baik sendiri” kemudian dalam kesendiriannyaitu mereka tersesat dalam ajaran-ajaran yang dapat membantu mereka keluar daridunianya yang sebelumnya. Sebab, orang yang tidak baik bermula dari merekayang merasa tersakiti oleh lingkungannya. Dengan demikian, Mardani mencobakembali membuat masyarakat untuk dapat saling merangkul satu antara yang lain,agar kejadian-kejadian seperti ini dapat ini juga tidak berbeda dengan yang diberitakan oleh koran dengan judul Politikus PKS Koopsusgab Blunder Jika tanpaPayung Hukum. Dalam koran online tersebut juga menuliskan samapersis dengan yang dituliskan oleh seperti lebih baik mengaktifkan kembali petugas penjaga ketertiban dankeamanan masyarakat. "Menurut saya, lebih baik jika Kamtibmas dihidupkanlagi. Kemudian, Babinsa, Bhabinkamtibmas, RT dan RW juga dihidupkan,"kata kedua koran online tersebut membentuk skema peserta wacana dalammerepresentasi mental mereka akan jenis aktivitas tersebut sebagai sebuah prediksiyang dianggap ampuh dalam menangani kasus teroris. Jenis aktivitas yangdiprediksi ampuh menangani teroris dengan menghidupkan Kamtibmas, Babinsa,Bhabinkamtibmas, RT dan RW. Dalam hal tersebut isinya harus terdiri daripenyebab seseorang menganut ajaran yang salah, bagaimana menangani haltersebut, akibat dari ajaran yang salah tersebut, hasil jangka panjang. Daripenjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa skema mewakili perilaku sosial,artinya pendekatan yang lebih humanisasi diperlukan dalam memperbaiki danmenangani terjadinya pembentukan jaringan itu, hal yang berbeda dijelaskan oleh koran dalam akhirberita yang dimuatnya yakni membahas mengenai payung hukum akan keberadaangabungan personel dari satuan elite TNI tersebut. Dalam koran online kembali Koopsusgab TNI tersebut sudah sejalan dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI. "Ada pertanyaan yang sekarangjadi polemik, apa perlu payung hukum? Lah untuk apa lagi hukum? Wongpembentukan Koopsusgab itu sudah pernah saya bentuk kok, tinggaldilanjutkan," kata Moeldoko di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Jumat18/5/2018.Dalam kutipan tersebut, terlihat jelas ada kepentingan tersendiri di antarapemerintah. Entah karena dana yang dibutuhkan untuk mengaktifkan kembali6 pasukan elite tersebut atau kepentingan politik di dalamnya yang tidak dapatdengan mudah dibaca oleh masyarakat awam mengenai hal tersebut. Bahkansampai ada salah satu dosen dari Universitas Sumatera Utara USU HimmaDewiyana Lubis yang mengatakan bahwa isu teroris tersebut hanya lah sebagaipengalihan isu mengenai tagar 2019gantipresiden. Bagi orang-orang yangmemiliki kepentingan tersendiri hal-hal seperti ini dapat dimanfaatkan untukmelancaran segala macam cara agar kepentingan tersebut dapat seperti itu juga, diperlihatkan dengan jelas oleh Moeldoko dalamkoran online ini pun bisa digunakan untuk membantu kepolisian di dalam halyang bersifat khusus seperti penanganan teroris. “Kepolisian yang pahammau diapain tergantung dari keinginan polisi, tetapi yang paling pentingsecara kapasitas pasukan khsusus siap digunakan untuk kepentinganyang menentukan," ujar Moeldoko di Istana Negara, Jumat 18/5.Dalam kalimat terakhir yang diucapkan oleh Moeldoko, mengandung maknaujaran yang berkaitan dengan makna bagian yang konstituen dari sebuah teks yangmengacu sebagai ujaran-ujaran’ dalam hal ini penafsir akan menggunakan aspeksemantik mereka untuk dapat merepresentasikan makna dari kata yang diucapkanoleh Moeldoko mengenai “kepentingan yang menentukan” tersebut. Sebab, hal inimenggabungkan makna dari kata tersebut dan informasi gramatikal yang bekerjasebagai sebuah proses yang secara implisit untuk dapat mencapai makna secarakeseluruhan, apakah tindak tutur tersebut digunakan hanya untuk “perform” bahwapasukan yang dibangun oleh Moeldoko ini siap menangani segala macampermasalahan terorisme atau lain sebagainya. Kesiapan Moeldoko yang tersiratdalam koran online dalam menangani kasus terorisme tersebut,diperlihatkan dalam koran online yang menjelaskan, seperti Panglima TNI itu menjelaskan, Pasal 7 UU TNI menjelaskan soaltugas TNI, yakni melaksanakan operasi perang dan operasi militer selainperang OMSP. Dalam OMSP, tertulis 14 hal yang dikategorikan sebagaiOMSP. Salah satunya soal tugas pemberantasan terorisme. Dari argumentasitersebut, Moeldoko berpendapat, seharusnya pengaktifan kembali timKoopsusgab tidak perlu lagi menjadi pro kontra di masyarakat, khususnya ditingkatan elite wakil rakyat. Selain itu, Koopsusgab tak akan bergerak tetap didasarkan pada permintaan Polri, dengan arahanPanglima TNI yang dipimpin oleh penjelasannya tersebut merupakan sebuah transisi dari tahapinterpretasi yang sebelumnya diucapkan oleh Moeldoko dan Mardani mengenaipengaktifan Koopsusgab yang kemudian ditutup oleh penjelasan Moeldokomengenai tugas Koopsusgab yang salah satunya ialah menangani kasus tersebut direproduksi untuk dapat menggambarkan sebuah wacana sebagaibagian dari proses sosial, sebagai praktik sosial, dan menunjukkan bagaimana7 kalimat tersebut ditentukan oleh struktur sosial agar efek dari wacana tersebut dapatdipertahankan atau diubah. Dalam hal ini peserta wacana dapat menafsirkan bahwakalimat tersebut menentukan posisi siapa yang menggungkapkannya. Karena iamenjadi struktur terpenting dalam lingkungan sosialnya, sehingga ia dapatmengatakan demikian untuk dapat memberikan efek pada peserta wacana denganmengikuti apa yang dikatakan olehnya. Sebab dalam hal ini struktur sosial menjadifokus dalam sebuah hubungan kekuasaan, proses, dan praktik sosial yangmemperjuangkan sosial. Dengan demikian, dalam kutipan tersebut Moeldokomencoba meyakinkan peserta wacana atau pembaca bahwa ia sedangmemperjuangkan apa yang menjadi kekehawatiran masyarakat dengan mencobamengaktifkan kembali dalam koran online belum menyelesaikan beritanyadengan penjelasan mengenai bagaimana cara kerja Koopsusgab, melainkanmemberikan terlebih dahulu penjelasan yang mencontohkan bahwa semua masalahteroris ini merupakan “soal profiling mereka” yang artinya kembali lagimenggunakan pendekatan oleh masyarakat. Hal itu ditegaskan dalam hal yangMardani contohkan pun mencontohkan ibu dari Jamaah Ansharut Daulah JAD JawaTimur Syamsul Arifin alias Apin alias Abu Umar. Baru-baru, sang ibubernama Patokah sudah mengetahui perubahan perilaku tetapi, Mardani menuturkan, sang ibu tidak menyampaikan kepadaorang lain, termasuk pengurus RT/RW. “Maka, diperlukan pendekatan olehmasyarakat," tersebut membuat peserta wacana mengakses proses wacanamereka dalam produksi dan interpretasi yang terjadi di kepala mereka. Untuk dapatterlibat dalam proses wacana tersebut, Mardani mencoba mencontohkan ketakutansang ibu yang bernama Patokah untuk dapat mengakui perubahan perilaku anaknyakepada pengurus RT/RW. Ketakutan tersebut bisa terjadi karena takut anaknya akandijembloskan ke penjara atau bahkan takut terhadap anaknya sendiri. Analisisdemikian berasal dari teori sosial yang sudah sering terjadi sekarang ini. Namun,sang ibu melupakan kesadaran dirinya yang juga sama-sama penting, sebab jika iaingin menghindari asumsi masyarakat akan perubahan prilaku anaknya, maka iaharus dapat menjadi tempat mediasi antara sang anak dan pengurus RT/ apabila dilihat berdasarkan segi konteks situasional dan jeniswacananya, dalam koran online memberikan penggambaranskematis mengenai bagaimana penafsir tiba pada interpretasi mereka yangdiperlihatkan dalam kutipan pemerintah telah menegaskan kepastian membentukKoopssusgab TNI baru yang akan diterjunkan dalam situasi tertentu. Namun,pengaktifan kembali Koopssusgab ini dilakukan untuk memberikan rasaaman kepada Dari konteks situasional, jenis wacana ini dianggap menjadi keputusan yangtepat untuk digunakan dalam keadaan dan situasi yang genting seperti yang sedangterjadi. Meski faktanya tidak melulu demikian. Pada kutipan terakhir yangdiungkapkan oleh Moeldoko, ia mencoba meyakinkan bahwa masyarakat akanaman dengan adanya Koopsusgab. Namun, pada tatanan sosial digambarkansebagai prosedur interpretatif oleh peserta yang berbeda justru dapat menimbulkanperbedaan yang relatif berdasarkan kecenderungan peserta wacana mendasarikasus-kasus tersebut sebagai gangguan komunikasi yang terjadi dalam budayaantara ideologi yang berbeda posisi. Dengan demikian, kita tidak hanya bisamengambil konteks untuk diasumsikan bahwa pernyataan tersebut adalah bentuktransparan pemerintah dalam menangani kasus terorisme yang tersedia untuk semuapeserta melainkan juga harus dapat membentuk interpretasi yang sama antarapartisipan yang mencontohkan mengenai perubahan salah satu pelaku teroris, barukemudian koran online menberikan penjelasan mengenai bagaimanacara kerja Koopsusgab, seperti Staf Kepresidenan Moeldoko menjelaskan, Koopsusgab terdiri darisemua kekuatan Detasemen Khusus, Detasemen 81, Kopassus, danDetasemen Bravo. Tugasnya, yaitu mengatasi berbagai situasi yang sangatmendesak dan menentukan di daerah tertentu yang perlu kecepatan kutipan tersebut apabila dianalisis berdasarkan frame, scripts, andschemata menjadi bagian dari asumsi implisit, koherensi dan inferensial yangdibangun oleh Moeldoko untuk dapat mewakili dari keseluruhan kekuatan yangdigabungkan dalam pasukan khusus Koopsusgab agar dapat menangani berbagaisituasi yang mendesak dan menentukan penanganan yang cepat seperti kasus bombunuh diri tersebut. Istilah-istilah yang digunakan oleh pasukan khusus tersebutjuga mewakili proses kompleksitas atau serangkaian peristiwa yang melibatkankombinasi entitas seperti kasus terorisme, bom bunuh diri, korban dari ledakanbom, sikap tanggap pemerintah mengenai kasus-kasus tersebut dan yang seperti itu dibangkitkan dalam kegiatan yang diwakili oleh skrip yang demikian mewakili subjek yang terlibat dalam kegiatan ini,dan hubungan di antara mereka. Dalam hal ini, Moeldoko melambangkan cara-caradi mana subjek tertentu berperilaku dalam kegiatan sosial untuk dapat bersikapterhadap satu sama lain dan melakukan suatu hubungan. Dalam hal ini skriptersebut disampaikan oleh Moeldoko untuk pasukan Koopsusgab agar dapatmenangani kasus-kasus yang mendesak dengan PENUTUPBerdasarkan hasil analisis tahap eksplanasi Fairclough, dapat disimpulkanpada analisis interpretasi dalam kedua berita tersebut memberikan beberapagambaran. Gambaran pertama pada konteks situasional dan jenis teks, konteks9 intertekstual dan praanggapan, serta frame, scripts and schemata yang menjadipenekanan dalam kedua teks berita tersebut didominasi untuk tujuan membentukhubungan antara pemilik kuasa dengan praktik sosial. Sedangkan gambaran keduapada tingkatan interpretasi dalam teks yaitu makna ujaran yang hanya ditimbulkanpada koran online Pada analisis eksplanasi atau penjelasan dalam kedua teks berita tersebutsama-sama mereproduksi teks. Teks yang direproduksi tersebut memengaruhipeserta wacana, yang digambarkan oleh identitas pembuat teks yang menentukanstruktur sosial pembuat teks. Sehingga gambaran tersebut dapat memberikan efekpada reproduksi wacana yang ditafsirkan peserta wacana. Penentuan dan efek sosialini dimediasi oleh MR yaitu struktur sosial membentuk MR, yang pada gilirannyamembentuk wacana dan wacana mempertahankan atau mengubah analisis proses analis juga hanya terdapat pada koran online republika,sebab di dalamnya menghasilkan berita yang mengharuskan peserta wacanamencerna terlebih dahulu apa yang menjadi topik dalam berita tersebut sebelummembacanya. Dalam koran republika tersebut proses analis sudah dimulai dari awalmembuat judul yang dimuat. Proses analis tersebut berlangsung dalam pikiranpeserta wacana untuk dapat menginterpretasi sesuatu hubungan antara struktursosial dan praktik B. 2018. di akses pada 29 Mei N. 1989. Language and Power. New York Longman N. 1995. Critical Discourse Analysis The Critical Study M. 2018. h -blunder-jika-aktifkan-koopsusgab-tni-tanpa-payung-hukum, di aksespada 29 Mei E. D. 2018. 18/05/19/p8z0qn428-politikus-pks-koopssusgab-blunder-jika-tanpa-payung-hukum, diakses pada 29 Mei T. A. V. 1997. Discourse as Structure and Process. London Sage ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication. Analisiswacana adalah upaya untuk mendapatkan kontelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Aliran Positivisme, Empirisme. Analisis wacana Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Analisis wacana kritis AWK merupakan sebuah upaya atau proses penguraian untuk memberi penjelasan dari sebuah teks realitas sosial yang mau atau sedang dikaji oleh seseorang atau kelompok dominan yang kecenderungannya mempunyai tujuan tertentu untuk memperoleh apa yang diinginkan. Artinya, dalam sebuah konteks harus disadari akan adanya kepentingan. Oleh karena itu, analisis yang terbentuk nantinya disadari telah dipengaruhi oleh si penulis dari berbagai faktor. Selain itu harus disadari pula bahwa di balik wacana itu terdapat makna dan citra yang diinginkan serta kepentingan yang sedang wacana yang dimaksud dalam tulisan ini adalah sebagai upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari subjek penulis yang mengemukakan suatu pernyataan. Pemahaman mendasar analisis wacana adalah wacana tidak dipahami semata-mata sebagai objek studi bahasa. Pada akhirnya, memang analisis wacana kritis menggunakan bahasa bahasa dalam teks yang dianalisis, tetapi bahasa yang dianalisis dalam AWK berbeda dengan studi bahasa dalam pengertian linguistik tradisional. Bahasa yang dianalisis oleh AWK bukan menggambarkan aspek bahasa saja, tetapi juga menghubungkannya dengan konteks. Konteks dalam hal ini berarti bahasa yang dipakai untuk tujuan tertentu termasuk di dalamnya praktik kekuasaan. AWK melihat bahasa sebagai fakta penting, yaitu bagaimana bahasa digunakan untuk melihat ketimpangan-ketimpangan kekuasaan dalam van Dijk 1998 menyatakan bahwa AWK digunakan untuk menganalisis wacana-wacana kritis, antara lain politik, ras, gender, kelas sosial, hegemoni, dan lain-lain. Selanjutnya Fairclough dan Wodak 1997 271-280 meringkas tentang prinsip-prinsip ajaran AWK seperti berikut ini1 Membahas masalah-masalah sosial2 Mengungkap bahwa relasi-relasi kekuasaan adalah diskursif3 Mengungkap budaya dan masyarakat4 Bersifat ideologis5 Bersifat historis6 Mengemukakan hubungan antara teks dan masyarakat7 Bersifat interpretatif dan eksplanatori Analisis Wacana Kritis untuk Menggali Suatu IdeologiSecara harfiah, ideologi berarti ilmu tentang ide-ide sesuai dengan perkembangan zaman, perkembangan ilmu, dan pengetahuan. Batasan ideologi adalah sebuah sistem nilai atau gagasan yang dimiliki oleh kelompok atau lapisan masyarakat tertentu, termasuk proses-proses yang bersifat umum dalam produksi makna dan gagasan. AWK mempelajari tentang dominasi suatu ideologi serta ketidakadilan dijalankan dan dioperasikan melalui wacana. Fairclough mengemukakan bahwa AWK melihat wacana sebagai bentuk dan praktik sosial. Praktik wacana menampilkan efek merupakan konsep sentral dalam AWK, misalnya wacana sastra adalah bentuk ideologi atau pencermina dari ideologi tertentu. Ideologi ini dikontruksikan oleh kelompok yang dominan dengan tujuan untuk mereproduksi dan melegitimasi dominasi mereka. Salah satu strateginya adalah membuat kesadaran khalayak, bahwa dominasi itu diterima secara taken for granted. Ideologi dalam hal ini secara inheren bersifat sosial dan AWK melihat wacana sebagai bentuk dari praktik kritis terhadap bahasa menyoroti bagaimana konvensi dan praktik berbahasa terkait dengan hubungan kekuasaan dan proses ideologis yang sering tidak disadari oleh masyarakat. Beberapa pokok pikiran tentang studi kritis terhadap bahasa adalahWacana dibentuk oleh masyarakatWacana membantu membentuk dan mengubah pengetahuan serta objek-objeknya, hubungan sosial, dan identitas sosialWacana dibentuk oleh hubungan kekuasaan dan terkait dengan ideologiPembentukan wacana menandai adanya tarik-ulur kekuasaan power strugglesWacana mengkaji bagaimana masyarakat dan wacana saling membentuk satu sama lain Analisis Wacana Kritis dan Penggunaan Bahasa dalam Konteks SosialAnalisis wacana berarti menganalisis kaidah, perpindahan, dan strategi tuturan berbahasa sehari-hari dengan konteks sosial yang amat terbatas. Para analis wacana semakin menyadari akan beragamnya pilihan dan keluasan objek penelitian linguistik, yaitu penggunaan bahasa yang aktual dalam konteks sosialnya. Paradigma psikologi dan intelektual disangsikan keakuratannya dalam menganalisis wacana yang sarat dengan berbagai fitur konteks sosial yang luas, seperti gender, kekuasaan, status, etnis, peran, dan latar teks maupun wacana secara bergantian digunakan dalam analisis wacana. Kress mengungkap tentang istilah teks dan wacana cenderung digunakan tanpa perbedaan yang jelas. Kejian wacana lebih menekankan pada persoalan isi, fungsi, dan makna sosial dalam penggunaan bahasa. Sedangkan diskusi-diskusi dengan dasar dan tujuan yang lebih linguistis cenderung menggunakan istilah teks. Kajian teks lebih menekankan pada persoalan matrialitas, bentuk, dan struktur bahasa. Brunner dan Grafaen Wodak, 199613 mengemukakan bahwa istilah wacana berakar pada sosiologi, sementara istilah teks berakar pada filologi dan dipahami sebagai unit-unit dan bentuk-bentuk tuturan dari interaksi yang menjadi bagian dari perilaku linguistis sehari-hari, tetapi dapat muncul secara sama dalam lingkungan institusional. Wacana memerlukan kehadiran bersama dari penutur dan pendengar interaksi face to face, tetapi dapat dikurangi ke arah kehadiran bersama yang temporal misalnya dalam telepon.Dalam konteks teori perilaku linguistis, adalah penting untuk menentukan “teks”, perilaku linguistis itu yang materinya dibuat dalam teks dipisahkan dari situasi tuturan umum yang hanya sebagai perilaku reseptif pembaca, dasar umumnya dipahami dalam makna sistematis, bukan makna historis. Dalam teks, perilaku ujaran memiliki kualitas pengetahuan dalam melayani transmisi serta disimpan untuk penggunaan sesudahnya dalam bentuk tertulis yang konstitutif untuk penggunaan istilah karena itu, teks lebih dipandang sebagai fenomena linguistis yang berdiri sendiri dan terpisah dari situasi tuturan. Sementara itu, wacana merupakan teks yang berada dalam situasi tuturan menurut van Dijk wacana adalah teks “dalam konteks”. Dalam wacana terkandung makna konteks yang lebih luas. Wodak merumuskan wacana sebagai totalitas interaksi dalam ranah tertentu misalnya wacana gender. Wacana itu dikuasai secara sosial dan dikondisikan secara sosial. Untuk tujuan analisis wacana harus dilihat dari tiga dimensi secara simultan Fairclough, 1995 98, yaitu teks-teks bahasa, praksis kewacanaan, praksis sosialkultural. Menganalisis sebuah wacana secara kritis pada hakikatnya adalah menganalisis tiga dimensi wacana tersebut sebagai aplikasi dialektisBahasa, Teks, dan Konteks Sosial dalam Analisis Wacana KritisBahasa sebagai Semiotik SosialBahasa sebagai salah satu dari sejumlah sistem makna, seperti tradisi, mata pencaharian, dan sistem sopan santun, secara bersama-sama membentuk budaya manusia. Dalam proses sosial ini, konstruk realitas tidak dapat dipisahkan dari konstruk sistem semantis, di tempat realitas itu dikerjakan. Dalam tingkatan yang sangat konkret, bahasa tidak berisi kata-kata, klausa-klausa atau kalimat-kalimat, tetapi bahasa berisi teks atau wacana, yakni pertukaran makna. Dalam konteks interpersonal, konteks tempat makna itu dipertahankan, sama sekali bukan tanpa nilai sosial. Melalui tindakan makna sehari-hari, masyarakat memerankan struktur sosial, menegaskan status dan peran yang dimilikinya, serta menetapkan dan mendefinisikan sistem nilai dan berkaitan dengan apa yang secara aktual dilakukan, dimaknai, dan dikatakan oleh masyarakat dalam situasi yang nyata. Halliday 197840 menyatakan bahwa teks adalah suatu pilihan semantis data konteks sosial, yaitu suatu cara pengungkapan makna melalui bahasa lisan atau tulis. Semua bahasa hidup yang mengambil bagian tertentu dalam konteks situasi dapat disebut teks. Dalam hal ini ada empat catatan mengenai teks yang perlu dikemukakan sebagai berikut1 Teks pada hakikatnya adalah sebuah unit semantis2 Teks dapat memproyeksikan makna pada level yang lebih tinggi3 Teks pada hakikatnya sebuah proses sosiosemantis4 Situasi merupakan faktor penentu teksKonteks SituasiHalliday menyebutkan bahwa situasi merupakan lingkungan tempat teks datang pada kehidupan. Untuk memahami teks dengan sebaik-baiknya diperlukan pemahaman terhadap konteks situasi dan konteks budaya. Dalam pandangan Halliday, konteks situasi terdiri dari tiga unsur, yaitu medan wacana, pelibat wacana, dan sarana wacana. Jones memandang medan wacana sebagai konteks situasi yang mengacu pada aktivitas sosial yang sedang terjadi serta latar institusional tempat satuan-satuan bahan itu muncul. Dalam medan wacana terdapat tiga hal yang perlu diungkap, yaitu ranah pengalaman, tujuan jangka pendek, dan tujuan jangka melihat bahwa pelibatan wacana sebagai konteks situasi yang mengacu pada hakikat hubungan timbal balik antarpartisipan termasuk pemahaman dan statusnya dalam konteks sosial dan linguistik. Ada tiga hal yang perlu diungkap dalam pelibat wacana, yaitu peran agen atau masyarakat, status sosial, dab jarak sosial. Ada tiga wacana tentang realitas sosial, yaitu1 Wacana adalah bagian dari aktivitas sosial2 Representasi, yaitu suatu proses dari praktik-praktik sosial3 Wacana menggambarkan bagaimana sesuatu terjadi dalam identitas-identitas konstitusi**Dari berbagai sumber Lihat Bahasa Selengkapnya podcastini menggunakan analisis wacana kritis model Teun A. van Dijk. II. LANDASAN TEORI A. Analisis Wacana Kritis Wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap (Mulyana, 2005:1). Umumnya sebuah wacana mengandung suatu pengetahuan dan informasi yang tidak mudah dipahami oleh pembaca atau MenurutEriyanto, analisis wacana kritis adalah berhubungan dengan studi mengenai bahasa/pemakaian bahasa. 1 Seperti pandangan Mohammad A. S. Hikam dalam tulisannya . 412 78 30 443 261 379 289 142

perbedaan analisis wacana dan analisis wacana kritis